Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Mengembangkan Kriteria Tes



(Mengembangkan  criteria Tes )
A.. Konsep Dasar Instrumen Asesmen
Tes pada dasarnya adalah alat ukur atribut psikologis yang objektif atas sampel perilaku tertentu. Bagi Anda sebagai pendidik, tes merupakan salah satu instrumen asesmen yang banyak digunakan untuk menggali informasi tentang sejauh mana tingkat penguasaan kompetensi siswa terhadap kompetensi yang dipersyaratkan. Tes pada dasarnya merupakan alat ukur pembelajaran yang paling banyak digunakan dalam melakukan asesmen proses dan hasil belajar siswa dalam pengajaran klasikal.
Bila kita membahas jenis-jenis Tes, Anda akan dapat mencermati lima jenis atau cara pembagian tes yaitu: a) Pembagian jenis Tes berdasarkan tujuan penyelenggaraan, b) Jenis Tes berdasarkan waktu penyelenggaraan, c) Pembagian jenis tes berdasarkan cara mengerjakan, d) Pembagian jenis Tes berdasarkan cara Penyusunan, e) Pembagian jenis Tes berdasarkan bentuk jawaban.
Jenis Tes Berdasarkan Tujuan Penyelenggaraan terdiri dari Tes Seleksi, Tes Penempatan, Tes Hasil Belajar, Tes Diagnostik, Tes Uji Coba. Sedang Jenis Tes berdasarkan tahapan/waktupenyelenggaraan meliputi Tes Masuk (Entrance Test), Tes Formatif (Formative Test), Tes Sumatif (Summative Test), Pra-tes dan Pos-tes. Secara umum, tes dapat dikerjakan secara tertulis dan secara lisan dalam bentuk tes essay maupun obyektif.
B. Langkah-langkah Menyusun tes
Penyusunan tes sangat besar pengaruhnya terhadap siswa yang akan mengikuti tes, untuk mengurangi kesalahan dalam pengukuran maka tes harus direncanakan secara cermat. Dalam perencanaan tes ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan guru sebagai pendidik yaitu :
1. Menentukan cakupan materi yang akan diukur. Ada tiga langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes dalam sistem penilaian berbasis kompetensi dasar, yaitu (1) Menulis kompetensi dasar, (2) Menulis materi pokok, (3) Menentukan indikator, (4) Menentukan jumlah soal.
2. Memilih Bentuk Tes. Pemilihan bentuk tes akan dapat dilakukan dengan tepat bila didasarkan pada tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan.
3. Menetapkan panjang Tes : Ada tiga hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan jumlah soal, yaitu: bobot masing-masing bagian yang telah ditentukan dalam kisi-kisi, keandalan yang diinginkan, dan waktu yang tersedia.
Kegiatan di atas tentunya sudah Anda lakukan pada waktu mengerjakan tugas pada tutorial pertama. Selanjutnya Anda mulai dapat mengembangkan atau menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi yang telah ditetapkan. Ada 3 kegiatan pokok dalam menulis butir soal yaitu : a) menulis draft soal, b) Memantapkan Content Validity, c) Melakukan try out. Selanjutnya ada beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam mengembangkan instrumen yaitu: Menjaga Obyektivitas pelaksanaan, Memberikan skor pada hasil tes, dan Melakukan Analisis Hasil Tes.
Setelah Anda memahami langkah-langkah pokok yang seharusnya dilakukan dalam pelaksanaan tes selanjutnya Anda perlu memahami langkah-langkah mengembangkan tes sebagai instrumen Asesmen di kelas.
1. Menjabarkan Kompetensi Dasar ke dalam Indikator Pencapaian Hasil Belajar.
Kegiatan ini dalam langkah kegiatan umum masuk dalam langkah ”Menentukan cakupan materi yang akan diukur” Indikator merupakan ukuran, karakteristik, ciri-ciri, pembuatan atau proses yang berkontribusi/menunjukkan ketercapaian suatu kompetensi dasar. Sesuai dengan Kurikulum Tngkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka indikator pencapaian hasil belajar dikembangkan oleh pendidik dengan memperhatikan perkembangan dan kemampuan setiap peserta didik, keluasan dan kedalaman kompetensi dasar, dan daya dukung sekolah.
2. Menetapkan Jenis Tes dan Penulisan Butir Soal
Setelah Anda menjabarkan standar kompetansi, kompetensi dasar dan indikator keberhasilannya, maka Anda mulai dapat menetapkan indikator yang menunjukkan tingkat pencapaian kompetensi tersebut. Kemudian lakukan pemilihan bentuk tes berdasarkan pada tujuan tes, cakupan materi tes, karakteristik mata pelajaran yang diukur pencapaiannya, jumlah peserta tes, termasuk waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes. Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut (1) materi, (2) konstruksi, (3) bahasa, dan (4) kaidah penulisan
3. Mengembangkan tes pada Kawasan Kognitif, Afektif dan Psikomotor
Dalam mengukur indikator pencapaian hasil belajar baik kognitif, afektif maupun psikomotor dapat menggunakan berbagai macam bentuk tes baik tertulis maupun lisan. Domain kognitif dapat diukur menggunakan seperti misalnya tes lisan, tes pilihan ganda, tes obyektif, tes uraian, tes jawaban singkat, menjodohkan, dan tes unjuk kerja. Tes pada domain afektif untuk mengukur sikap dengan teknik antara lain observasi, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi yang diukur dengan menggunakan skala Likert. Sedang hasil belajar psikomotor yang indikator keberhasilannya lebih berorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi fisik atau keterampilan tangan.
C. Kriteria Tes Yang Baik
Ada beberapa kriteria yang dapat dipakai untuk menyusun butir-butir tes yang berkualitas yaitu a) Valid, b) Relevan, c) Spesifik, d) Representatif, e) Seimbang, f) Sensitif , g) Fair, h) Praktis. Kualitas instrumen sebagai alat ukur ataupun alat pengumpul data diukur dari kemampuan alat ukur tersebut untuk dapat mengungkapkan dengan secermat mungkin fenomena-fenomena ataupun gejala yang diukur. Kualitas yang menunjuk pada tingkat keajekan, kemantapan serta konsistensi dari data yang diperoleh itulah yang disebut dengan validitas dan Reliabilitas.
Validitas alat ukur menunjukkan kualitas kesahihan suatu instrument, Alat pengumpul data dapat dikatakan valid atau sahih apabila alat ukur tersebut mampu mengukur apa yang seharusnya diukur /diingikan. Jenis-jenis validitas yang dapat dipakai sebagai kriterium, dalam menetapkan tingkat kehandalan tes, diantaranya adalah : a) Validitas Permukaan (Face Validity), b) Validitas konsep (Construct Validity), c) Validitas Isi (Content Validity) Kerlinger (1986 : 443) mengemukakan bahwa reliabilitas dapat ukur dari tiga kriteria yaitu: (1) Stability : adalah kriteria yang menunjuk pada keajegan (konsistensi) hasil yang ditunjukan alat ukur dalam mengukur gejala yang sama, pada waktu yang berbeda. (2) Dependability : yaitu kriteria yang mendasarkan diri pada kemantapan alat ukur atau seberapa jauh alat ukur dapat diandalkan. (3) Predictability: Karena perilaku merupakan proses yang saling berkait dan berkesinambungan, maka kriteria ini mengidealkan alat ukur yang dapat diramalkan hasilnya dan meramalkan hasil pada pengukuran gejala selanjutnya.
Cara mencari koefisien reliabilitas alat ukur, dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara, yang masing-masing mempunyai kekurangan dan keunggulan. Berbagai pilihan tentang cara menetapkan tingkat reliabilitas alat ukur tersebut adalah : a) Teknik Pengulangan (Test and Re Test Reliability, b). Teknik Bentuk Paralel (Alternate Form Reliability), c) Teknik belah dua (Split Half reliability).


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar